Produk Dalam Negeri Menggairahkan Pelaku UMKM

Jakarta: Pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) semakin bergairah atas kehadiran program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN).

Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Jemmy Kartiwa, mengapresiasi P3DN karena dianggap mendorong meningkatnya pembelian dan penggunaan produk dalam negeri, khususnya oleh instansi pemerintah.

“Asosiasi Pertekstilan Indonesia menaungi industri tekstil dari Sabang sampai Merauke. Kami mendukung dengan ikut serta untuk mendaftarkan produk agar dapat sertifikat Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN),” kata dia dalam acara Business Matching Belanja Produk Dalam Negeri 2022 di Nusa Dua, Bali, Kamis (24/3/2022).

P3DN adalah program inisiasi Kementerian Perindustrian (Kemenperin).

Sebagai upaya memgoptimalkannya, Kemenperin pun menggelar Business Matching Belanja Produk Dalam Negeri 2022 di Nusa Dua Bali sejak 22 Maret hingga 25 Maret 2022.

Pelaku industri dalam negeri khususnya UMKM, Industri Kecil Menengah (IKM), dan artisan, menganggap Business Matching sebagai salah satu upaya dan jembatan promosi sehingga mereka pun terus mempersiapkan produksi dan perbaikan kualitas demi memenuhi kebutuhan pasar.

API dengan anggota 800 perusahaan industri, termasuk IKM, kata Jeremy, selain Business Matching juga rutin mengikuti berbagai pameran memperkenalkan aneka produk tekstil mulai dari baju seragam hingga alat pelindung diri (APD).

“Kegiatan ini sangat positif sekali. Kami berharap event seperti ini dapat dilaksanakan setahun sekali,” papar dia.

Ia yakin program dan kegiatan seperti itu dapat mendorong pelaku IKM di tanah air lebih produktif.

Terlebih sektor IKM terbukti berperan penting sebagai tulang punggung perekonomian nasional.

“Saya pikir ini momen bagus untuk pemulihan ekonomi. Setelah adanya PPKM dan PSBB, kegiatan seperti ini sangat diperlukan agar roda industri berputar kembali, dan IKM kembali semangat untuk berproduksi,” ujarnya.

Hal senada diungkapkan Surya, salah satu pengurus Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (ASAKI).

Dia berharap, setelah acara Business Matching, seluruh pihak Kementerian/Lembaga, BUMN dan Pemda, langsung mengeksekusi komitmen untuk lebih memanfaatkan produk-produk dalam negeri.

“Harapanya setelah ini harus dieksekusi pelaksanaannya,” kata dia.

Demikian pula harapan Jesyca Exderya, HRD PT Indobamboo Lestari.

Ia merasakan dampak positif dari pelaksanaan Business Matching Belanja Produk Dalam Negeri 2022.

Ajang ini dinilai menjadi momentum membantu mempromosikan produk-produk lokal dari dalam negeri dan ibarat menjadi surga bagi pelaku UMKM.

Dia menilai, Business Matching tahun ini mampu mengenalkan produk dalam negeri, salah satunya produk berbahan bambu sebagai alternatif pengganti bahan bangunan dari kayu.

Contohnya, bambu laminasi berbahan material bambu hasil pengolahan, sehingga bentuk, tekstur, dan ketahanannya serupa papan kayu.

“Kami sangat terbantu untuk mempromosikan produk-produk kami, sehingga masyarakat dapat melihat bentuk atau produknya seperti apa. Jika selama ini bahan bangunan terbuat dari kayu, tetapi sekarang bisa dari bambu berkualitas. Lewat e-catalog, sangat efektif. Dan ke depannya kami berharap lewat marketplace, khusus memang untuk produk lokal saja. Jadi kami dapat menunjukan produk lebih baik lagi,” paparnya.

Sementara itu, Saka Anggarika selaku arsitek mengatakan, dalam pengelolaan hutan bambu di wilayah Desa Ratogesa, Ngada, Flores, dipilih dan ditebang bambu berumur rata-rata 4-5 tahun.

“Proses membuat kerajinan atau bahan bangunan dari bambu tentu cukup panjang. Sehingga pengambilan bahan bambu dari hutan bambu selama ini kami kerja sama dengan yayasan. Supaya pengelolaan hutan terjaga, hutan tetap lestari. Bambu yang kami peroleh diproses dari awal pembibitan dengan tetap menjaga kelestarian hutannya,” tuturnya menambahkan.

Untuk diketahui, bambu juga dapat menyimpan air, dimana satu rumpun bambu dapat menyimpan 5.000 liter air per musim hujan.

Bambu dapat pula menyerap karbon (CO2) sehingga mengurangi pemanasan global.

Bahkan, satu hektar bambu mampu menyerap 50 ton karbon per tahun.

“Bambu dapat memulihkan lahan kritis dan mampu tumbuh di lahan miring, sehingga mencegah longsor,” imbuhnya.

Kegiatan Business Matching menghadirkan sekitar 1.000 peserta dari perwakilan Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah, dan industri serta para pelaku UMKM.

Menurut data terakhir di hari ketiga, Kamis (24/3/2022) sekitar pukul 12:00 WITA, komitmen belanja produk dalam negeri dari hasil Business Matching di Bali ini sementara sudah mencapai Rp197 triliun.

Kegiatan ini menjadi kesempatan mendorong seluruh Kementerian/Lembaga, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Pemerintah Daerah (Pemda) mengetahui dan memaksimalkan penggunaan produksi dalam negeri.

Selanjutnya Silakan Baca Berita Kami Di GoogleNews

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *