Jakarta: Kementerian Kesehatan (Kemenkes) membeberkan gejala awal pasien suspek kasus baru Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal (GGAPA) di Jakarta. Salah satunya adalah kesulitan buang air kecil dan mengalami demam.
Diketahui, Kemenkes kembali mengungkap dua kasus baru GGAPA setelah tidak ditemukan lagi pada Desember lalu. Dua kasus baru itu berada di wilayah Jakarta Timur dan Jakarta Barat.
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes Siti Nadia Tarmizi mengatakan pada umumnya gejala yang muncul sama. Kedua pasien mengalami susah buang air kecil usai mengkonsumsi obat penurun demam yang dibeli secara mandiri.
“Gejala awal dari kedua anak ini tentunya tidak bisa berkemih atau tidak bisa buang air kecil. Diketahui 3 sampai 4 hari sebelumnya, kedua pasien ini mengeluh demam dan kemudian diikuti batuk pilek,” kata Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes Siti Nadia Tarmizi saat dikonfirmasi, Senin (6/2/2023).
Nadia mengatakan, satu kasus konfirmasi GGAPA merupakan anak berusia 1 tahun. Pasien mengalami demam pada 25 Januari 2023, diikuti gejala batuk dan pilek.
“Satu pasien berusia satu tahun. Ditemukan di dalam darahnya mengandung EG DEG (zat berbahaya),” ujar Nadia.
Sedangkan satu kasus lainnya masih merupakan suspek, anak berusia 7 tahun, mengalami demam pada 26 Januari 2023. Lalu diserta batuk dan pilek, namun kasus masih suspek karena belum ditemukan zat berbahaya dalam darahnya.
“Kedua adalah kasus suspek gagal ginjal akut. Karena belum kita dapatkan pemeriksaan lab-nya,” ujarnya.
Nadia menyebut, kedua pasien tersebut kemudian mengkonsumsi obat penurun panas sirup dibeli secara mandiri. Pasien pertama pada 25 Januari 2023, diberikan obat sirup penurun demam merk Praxion yang dibeli dari apotik.
Sementara pasien kedua mengkonsumsi obat sirup berbeda. “(Merk obat) Sirup parasetamol,” ucap Nadia, mengakhiri.