Jakarta: Wakil Ketua Pengurus Besar ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), Slamet Budiarto menyarakan pemerintah untuk melakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) ketat. Hal itu guna menurunkan jumlah kasus kematian akibat Covid-19.
Dia mengaku mengusulkan itu karena menganggap bahwa kedisplinan masyarakat Indonesia saat ini masih terbilang rendah. Terbukti dengan terus adanya peningkatan kasus Covid-19.
“Jika sampai 9 Febuari 2021 mendatang kasus peningkatan Covid-19 ini masih terjadi, maka mau tidak mau pemerintah harus melakukan penghentian mobilisasi atau memberikan mobilisasi ketat atau setara dengan PSBB super ketat,” tehas Salmet melalui wawancara Pro3 RRI, Selasa (2/2/2021).
Budiarto menilai, dengan diberlakukandiberlakukannya PPKM (Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat), pemerintah sesungguhnya menaruh harapan besar agar masyarakat disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan pencegahan dan pengendalian Covid-19. Namun yang terjadi malah tidak demikian.
“PPKM dalam hal ini pemerintah memiliki harapan masyarakat dapat displin, tapi terlihat masyarakat displinnya masih rendah terlihat dengan semua hasil yang ada mengalami peningkatan,” imbuhnya.
Ditegaskannya bahwa aturan dalam pemberlakuan PPKM belumlah ketat. Maka dari itu ditekankannya lagi agar pemerintah mesti memberlakukan PSBB super ketat.
“Moblisasi yang kemarin masih belum ketat, terlihat seperti banyaknya mereka yang masih pergi ke mall ataupun restoran, jadi harus benar-benar diperketat walaupun dampak terbesarnya ekonomi,” lanjutnya.
Selain itu, ia megaskan agar pemerintah terlebih dahulu menyelamatkan angka kematian daripada menyelamatkan angka ekonomi yang nantinya dapat dikembangkan kembali. Walaupun sebenarnya ada cara lain yang dapat dilakukan selain PSBB yakni pemberian vaksin Covid-19.
“Ini masih dilema, tapi saya kira menyelamatkan kematian itu lebih penting dari pada sebuah menyelamatkan ekonomi. Kalau mobilitas super ketat ini tidak digunakan, kemungkinan sampai akhir tahun akan terus ada penambhan orang terkena kasus bahkan kematian,” jelasnya.
“Pilihan lain memang ada vaksin, tetapi vaksin ini sendiri belum tersedia, saat ini hanya tersedia untuk nakes terutama, jadi jalan satu-satunya masyarakat tetap dirumah, paling tidak selama 3 minggu atau satu bulan,” tukasnya. (Buy)