Jakarta – Praktisi Komunikasi, Luthfi Subagio mengatakan saat ini anomali media membuat persoalan menjadi sulit. Terlebih saat ini banyak media cetak yang mengangkat sumber dari tulisan masyarakat di media sosial, tentunya hal ini membuat turunnya kepercayaan terhadap media.
“Saat ini media sudah seperti kaos kaki, asal pakai aja. Seharusnya bermedia sosial bukanlah seperti memakai kaos kaki yang ‘all size’ , semua jenis aplikasi dapat dipakai untuk suatu materi,” ujarnya saat mengisi Webinar Bersosial Media Secara Smart dan Bijak di platform YouTube Muhammadiyah Malaysia, Sabtu (20/3) kemarin.
Dijelaskan Luthfi, media berdiri karena sekumpulan orang mengumpulkan berita yang benar, sedangkan media sosial itu sekumpulan orang yang belum tentu benar. Sehingga belum bisa dipercaya sebagai sumber.
“Semakin banyaknya media yang bersumber pada opini orang di media sosial, maka akan muncul rendahnya literasi, malas membaca, malas mendengar, hingga malas berpikir,” ujarnya.
Ia menambahkan, di Indonesia sendiri dengan populasi 274,9 juta jiwa, ada sebanyak 170,0 juta jiwa, atau 61,7 % nya beraktivitas di media sosial. Pengguna media sosial paling besar usia 25-34 tahun. Rata-rata, mereka mengakses media sosial 3 jam, 14 menit per hari nya.
Banyaknya penggunaan terhadap media sosial pada akhirnya membuat media sosial lebih ketat dalam membagi postingan. Pada Facebook misalnya, segala infromasi tentang Covid-19 dibanned. Hal ini untuk menghindari hoaks, karena yang berhak memberikan informasi tentang Covid-19 adalah pemerintah.