Jakarta – Emas kembali merosot pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), memperpanjang penurunannya untuk hari kedua berturut-turut, tertekan oleh kenaikan dolar dan imbal hasil obligasi pemerintah AS setelah Ketua Federal Reserve Jerome Powell mengisyaratkan tidak ada langkah segera untuk mengatasi lonjakan imbal hasil obligasi.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman April di divisi COMEX New York Exchange, terpuruk lagi 15,10 dolar AS atau 0,88 persen, menjadi ditutup pada 1.700,70 dolar AS per ounce, merupakan penyelesaian terendah sejak Juni, setelah menyentuh level terendah di 1.693,90 dolar AS.
Sehari sebelumnya, Rabu (3/3/2021), emas berjangka terpangkas 17,8 dolar AS atau 1,03 persen menjadi 1.715,80 dolar AS, setelah terangkat 10,6 dolar AS atau 0,62 persen menjadi 1.733,60 dolar AS pada Selasa (2/3/2021), dan merosot 5,8 dolar AS atau 0,34 persen menjadi 1.723,00 dolar AS pada Senin (1/3/2021).
“Harga emas sekali lagi berada di bawah tekanan karena imbal hasil riil telah melonjak menyusul kekecewaan pasar atas pernyataan Ketua Fed Powell,” kata analis Standard Chartered, Suki Cooper.
Ketua Federal Reserve mengatakan di webinar Wall Street Journal pada Kamis (4/3/2021) bahwa dia akan prihatin tentang pergerakan tidak teratur di pasar obligasi yang mendorong dolar AS menguat, tetapi menyatakan itu belum berdampak material pada kondisi keuangan.
Kenaikan imbal hasil AS baru-baru ini telah mengikis daya tarik emas sebagai lindung nilai inflasi karena meningkatkan potensi kerugian memegang emas yang tidak memberikan imbal hasil. Imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun naik melewati 1,5 persen pada Kamis (4/3/2021).