Jakarta: Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang diberlakukan pemerintah untuk memutus mata rantai Virus Covid-19 di masa pandemi ini, membuat perkembangan pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) menurun.
Hal itu dibenarkan oleh Sekjen Asosiasi Perusahaan Jasa Boga Indonesia (APJI), Sti Radarwati saat webinar “Kiat Menjadi UMKM Kuliner” yang digelar oleh Jagatbisnis.com di Hotel Aston Priority Simatupang Jakarta, Sabtu (23/1/2021).
Menurut wanita yang biasa disapa Bunda Ati ini, bisnis katering adalah salah satu yang paling terimbas keganasan pandemi Covid-19. Menurutnya, bisnis katering mengalami penurunan omzet hingga 40 persen, tak terkecuali bisnis wedding oginanizer yang omzetnya menurun sangat drastis.
“Bisnis kuliner di wedding orginazer di masa pandemi ini tidak ada kegiatan, berhenti total. Semua drop orderan. Kalau dipukul rata bisnis katering turun 40 persen,” terang Ati.
Namun meski ada bisnis kuliner yang menurun drastis, tetapi ada juga bisnis kuliner yang justru naik di masa pandemi ini. Menurut Bunda Ati, bisnis kuliner UMKM yang omzetnya naik di masa pandemi ini adalah pelaku UMKM yang mengopimalkan digitalisasi yakni memasarkan produk secara online.
“Mereka yang bisa memanfaatkan pemasaran secara online mengalami peningkatan omzet untuk produk-produknya. Sebab ada pergeseran perilaku pembeli yang tadinya melakukan tatap muka menjadi secara online,” kata Siti Radarwati.
Pendapat senada disampaikan pelaku usaha UMKM, Lutfi Nugraha – owner bisnis UMKM ‘Aku Singkong’, yang juga menjadi salah satu pembicara di webinar ini. Lutfi menuturkan, sebelum masa pandemi, awalnya penjualan produk ‘Aku Singkong’ menggunakan sistem getok tular yakni sistem tradisional melalui majelis taklim atau pengajian ibu-ibu. Sebab, produk ‘Aku Singkong’ diproduksi oleh para santri-santri pesantren, yang nantinya keuntungan tersebut digunakan untuk perkembangan atau kemajuan pesantren.
“Produk kami adalah hasil kerja dari para santri karena mereka yang bercocok tanam singkong. Hasil dari penanaman singkong ini keuntungannya untuk pendidikan di pesantren. Sedangkan untuk pemasaran, kami menjualnya ke para ibu-ibu pengajian atau majelis takilm. Nah, dari ibu-ibu itu, produk kami dipromosikan kepada anak-anaknya yang telah bekerja di kantoran. Secara tidak langsung produk kami melebar ke perkantoran. Jadinya kami minim biaya promosi,” jelas Lutfi.
Namun, di masa pandemi ini, penjualan ‘Aku Singkong’ mengalami penurunan. Sebab, majelis taklim tidak ada, semua kegiatan yang bertatap muka dihentikan.
“Ini berdampak pada penjualan kita,” imbuh Lutfi.
Akhirnya, dia beralih menggunakan penjualan secara e-Commerce melalu online.
“Agar kita tetap berproduksi, kami jualannya melalui online, yang awalnya tradisional sekarang mengikuti perkembangan digitalisasi,” jelas Lutfi.
Sementara itu, Paundra Hanutama – Director of Marketing Communications Aston Simatupang mengatakan, pihaknya siap membantu para pelaku UMKM untuk kembali berjaya di masa pandemi Covid-19 ini.
“Kita selalu siap melakukan kerjasama dengan pelaku UMKM untuk memasarkan produk-produknya, agar para pelaku UMKM bisa berkembang lagi di masa pandemi ini,” janjinya.