Jakarta – Hanya sekitar 20 km jarak yang memisahkan Gaza City dengan kota perbatasan Askhelon di Israel bagian selatan, tetapi dampak dari konflik Israel – Palestina sangat berbeda di kedua sisi perbatasan.
Selama seminggu terakhir, pembicaraan Bissan Ouda dengan teman-temanya di grup WA hanya berkisar soal keselamatan diri mereka masing-masing.
“Apakah kamu masih hidup? Apakah ada bom yang jatuh di sekitar tempatmu?,” ujarnya seperti dilansir ABC News, Rabu(19/5).
Dia meminta teman-temannya untuk tidak sering berdiri di dekat jendela atau tidak keluar rumah.
Di saat dia mendengar suara pesawat tempur dari kejauhan, Bissan Ouda, perempuan berusia 22 tahun di Gaza City ini bertekad untuk tetap tegar.
Dia berusaha tidak menangis di depan orang-orang yang dikasihinya, padahal keadaan di sekelilingnya sangatlah mengerikan.
Hari Rabu (19/5), Bissan mengatakan kepada adik perempuannya bahwa dia menyayanginya, ucapan spontan sebagai tindakan berjaga-jaga mungkin keesokan harinya mereka tidak bertemu lagi.
“Dia bilang jangan cengeng dan jangan terlalu dramatis,” kata Bissan. “Padahal semua ini bukanlah drama. Ini kehidupan sebenarnya.”
Sejak awal minggu lalu kelompok pejuang hamas di Gaza sudah meluncurkan ratusan roket ke arah Israel dan militer Israel melakukan balasan dengan serangan udara. Ini adalah konflik paling sengit yang terjadi di kawasan tersebut sejak tahun 2014.
Bissan Ouda menghabiskan sebagian besar waktunya minggu ini di rumah saja. Suara serangan udara Israel setiap malam membuatnya susah tidur.
Suara ledakan semakin dekat terdengar. “Saya bisa mendengarnya, dan saya hanya bisa menunggu dan berdoa,” kata Bissan.